2/18/10

Windhoek High School


windhoek high! sekolah gw tercinta yg gw akan selalu kenang. gw emang baru setahun tp itu skl udah kaya rumah apa lagi kelas gw 8A. udah 2 tahun terlewatkan dan sekolah itu tetap jalan tanpa diri gw. bnyak kenangan indah di skl itu, seperti menjadi sotte dan naksir kakak kelas sampai dapat teman baru. sahabat ku vitjuukua, gabriela, christina, eunice, fesse dan peter adalah orang paling deket saat aku di skl itu.

Semua ada hikmahnya

Hari yang membuat kita semua gempar adalah saat bokapnya Dhata meninggal. Kita semua terpukul semua menangis. Hari itu di mulai saat Dhata di suruh pulang sama Bunda. Ayu teman sekamarnya bisa merasakan kalau Dhata sangat cemas. Dhata dijemput sepupunya dan semua berjalan seperti biasa saja. Setengah jam sesudah Dhata pergi, Ayu dapat telpon dari Dhata, Dhata berkata kalau ayahnya telah meniggal dunia. Ayu hanya bisa teriak dan menangis. Ayu bilang Dhata terdengar sangat tegar dan itu membuat Ayu tambah sedih. Gw sendiri kaget karena mendengar Ayu teriak, Indira yang bersama Ayu juga menangis. Semua turun dan menangis, Agis yang menangis paling histeris. Gw hanya bisa terpaku di depan pintu kamar gw. Bunda merangkul Ayu dan meminta semua untuk berkabung dan berdoa untuk ayahnya Dhata. Bunda mulai berkata tentang bagaimana suasana asrama sangat tidak baik dan meminta semua untuk saling meminta maaf. Ini hikmah buat kita semua untuk tidak durhaka kepada orang tua kita. Gw memeluk Michelle dan meminta maaf. Kita semua saudara tidak boleh menyakiti satu sama lain. Ada saatnya Allah SWT akan menjemput kita dan kita harus siap. Asrama putri menjadi sedih, semua memegang telpon dan menelepon orangtua masing masing dan memberi tahu tentang musibah yang ditimpa keluarganya Dhata. Ayu, Vinny, Indira dan Agis juga guru-guru langsung kerumahnya Dhata, Fauzan dan Indhika juga ikut ke sana. Gw merasa sedih banget dan merasa hopeless dengan tubuh gw yang lagi sakit. Sesudah kepergian Ayu dan kawan-kawan, kita langsung menuju masjid dan membawa Al-Quran masing-masing. Kita membaca surat Yasin dan berdoa untuk ayahnya Dhata lagi. Setelah itu kita semua pergi ke kamar masing-masing. Gw kembali ke tempat tidur gw dan memikirkan tentang dunia yang akan hancur. Bagaimana rasanya untuk mati? Sakit? Atau seperti di cubit saja? Semoga ayahnya masuk ke surga dan sehat di akhirat.
16/02/10 11:23 kamar 109